nulis cerpen rek ;p |
Libur empat hari itu... enak, bosen, dan garing. apalagi disuruh bikin cerpen 1000 kata maksimal 6 halaman. duh, bener-bener ribet deh. tapi ternyata saya berhasil menaklukan tantangan itu dengan membuat cerpen berjudul Metamorfosis Jawi. hahaha.. alhamdulillah banget. semoga saja cetar membahana. inilah cerpen bikinan saya. sayang kalao gak dipublish. hehe.. :p
Metamorfosis Jawi
Namaku Jackline winarsih. Namaku memang unik, perpaduan antara nama
barat dan Indonesia. Seperti keadaanku saat ini. Aku terlahir sebagai seorang
yang mempunyai kewarganegaraan ganda. Semua ini aku dapat sejak aku lahir.
Ibuku adalah seorang berwarganegaraan Indonesia. Sedangkan Ayahku
berwarganegaraan Amerika serikat. Meskipun begitu, ia sangat fasih berbahasa
Indonesia. Aku tidak tahu cerita
pastinya bagaimana mereka berdua bisa bertemu padahal mereka berbeda tempat
tinggal. Yang jelas, saat aku dilahirkan, keluarga kacil kami sedang berada di
Amerika. Hal tersebutlah yang menyebabkan aku berstatus warga negara Amerika.
Amerika memang menganut asas Ius soli dalam hal kewarganegaraan.
Artinya siapapun yang lahir di negara itu, mengantongi status warga negara
Amerika. Sedangkan negara Indonesia menganut asas ius sanguinis. Artinya apabila salah satu orang
tuaku ada yang warga negara Indonesia, maka secara otomatis aku akan berstatus
warga negara Indonesia.
Malam itu aku sangat lelah. Berlatih drama seharian di sekolah
ternyata sangat menguras tenagaku. Setelah makan malam di apartement keluargaku
yang terletak di sudut kota New York,
aku langsung membantingkan tubuhku ke kasur. Tak lama kemudian aku terlelap
dalam indahnya mimpi.
“Oke kalau itu mau kamu. Kita cerai sekarang.” Sayup-sayup aku
dengar suara seseorang berbicara dengan nada tinggi. Meskipun mataku sudah
terpejam, aku masih dapat mendengar suara itu, Aku masih belum terlalu nyenyak.
Aku jadi penasaran dengan apa yang terjadi. Diam-diam aku mulai beranjak dari
tempat tidurku. Aku menengok dari celah pintu kamarku yang aku buka sedikit.
“Silahkan kamu ceraiin aku. Aku juga sudah capek sama kamu”
“Oh gitu, oke. Besok juga kamu boleh
pulang ke Indonesia. Jangan kembali kesini lagi!” Ayah dan ibuku terus bicara
bersahutan dengan nada yang tinggi. Aku tidak berani untuk menegur mereka. Air
mataku menetes mendengar kata cerai yang keluar dari mulut Ayahku. Apakah ini
artinya aku akan sulit untuk menemui salah satu orang tuaku? Entahlah.
Malam itu menjadi malam yang sangat
mencekam bagi diriku. Rasa capek dan kantukku tiba-tiba hilang. Aku tak sanggup
lagi untuk memejamkan mata. Yang ada, saat ini mataku sudah penuh dengan air
mata dan tidak dapat aku tahan lagi. Aaarrrgghtt………… Aku berteriak melupkan
rasa kesal, kecewa, dan kemarahanku. Orangtuaku yang sibuk berseteru tidak
mendengar teriakanku. Karena aku berteriak dengan menutup mulutku memakai
bantal agar mereka tidak mendengar.
***
Akhirnya perceraian itu pun terjadi juga. Aku tidak mengerti apa
yang membuat mereka memutuskan untuk berpisah. Padahal Ayah cukup sukses karena
memiliki Wedding organizer yang berpusat di New York. Bahkan Wedding organizer
milik Ayah sudah sangat terkenal dan pernah mendapat client artis Hollywood. Perceraian
yang mereka sembunyikan dariku sangatlah sia-sia. Sebagai anak SMA, pasti aku
sudah paham dan mengerti akan hal ini. Ayah memberi alasan jika ibu mau
mengurus pembukaan cabang baru Wedding organizer di Yogyakarta.
Ibuku mempercayakan aku sepenuhnya untuk diasuh Ayah. Karena aku
harus melanjutkan sekolahku di New York. Libur musim panas kali ini aku pulang
kampung ke Indonesia untuk bertemu dengan Ibuku, di kota kelahirannya,
Yogyakarta. Ini memang bukan kali pertama aku berkunjung di kota budaya yang
indah ini. Sudah beberapa kali aku berlibur di kampung halamanku ini.
Aku begitu jatuh cinta dengan kota ini. Aku tak pernah bosan untuk
mengunjungi alun-alun dan keraton, Menikmati secangkir kopi di angkringan, dan
menikmati lezatnya gudeg. Yang membuat aku jatuh cinta lagi adalah Batik. Ya,
batik. Pernah sesekali aku membayangkan, betapa senangnya sekolah di Indonesia.
Beramai-ramai memakai seragam batik bersama teman-teman untuk satu hari. Andai
sekolah di New York mempunyai seragam batik seperti di Indonesia.
Sore ini ibu mengajakku untuk jalan-jalan ke malioboro yang
tersohor itu. Tidak ada barang lain yang aku beli selain batik. Mulai dari kain
batik, dress, sampai sandal bercorak batik. Aku sungguh sangat jatuh hati pada
batik. Kesempatan ini juga tidak aku sia-siakan. Aku bertanya semua tentang
batik pada sumbernya, penjual batik. Meskipun hanya penjualnya, bukan
pengrajinnya, minimal bisa memberi informasi tentang jenis-jenis batik. Aku
sekarang sudah mengetahui perbedaan corak-corak batik. Mulai dari batik kawung,
parang, sampai sidomukti.
Langit malam bertabur bintang selalu menghiasi kota Jogja. Indah,
seindah kota yang kaya akan budaya ini. Tak terasa, ini adalah malam terakhir
aku di Jogja. Ingin rasanya aku tinggal disini. tapi aku harus meninggalkannya
esok hari. namun aku yakin, suatu saat nanti aku akan menghabiskan sisa hidupku
di kota indah ini dengan menyandang status warga negara Indonesia. Esok harinya
aku sudah siap untuk kembali ke New York dengan beberapa kotak bakpia pathok dan
berbagai macam batik yang memenuhi koperku.
***
Satu minggu sebelum hari ulang
tahunku yang ke tujuhbelas, Ayah mengajakku berbicara serius setelah kami
selesai makan malam. Membicarakan tentang keputusanku yang harus memilih salah
satu kewarganegaraan.
“Jackline, semua memang terserah
kamu. Tapi Ayah mohon, kamu tinggal disini saja dan menjadi warga negara
Amerika. Biar kamu bisa sekolah disini. please!” ini merupakan pilihan yang sulit. Disisi lain
aku ingin tinggal di kota yang indah, Jogja. Aku sudah bosan dengan
hingar-bingar kota besar seperti New York. Tapi aku juga ingin meneruskan
sekolah disini mengambil jurusan Fashion design.
“Ya, aku sudah mengerti ayah. Beri
aku waktu untuk berpikir. Mungkin aku baru bisa menjawabnya saat usiaku
benar-benar sudah tujuhbelas tahun.” Jawabku.
“Baiklah. Apapun pilihanmu nanti,
semoga itu yang terbaik buat kamu.” Setelah itu kami berdua membereskan piring
kotor bersama. Kemudian aku masuk ke kamarku dan memulai kebiasaanku, Online. Saat itu di facebook dan twitter sangat ramai
membicarakan sosok irfan bachdim. Aku jadi penasaran dengan sosok ini. Aku pun
browsing dan mencari tahu tentang dia. Ternyata dia adalah atlet sepak bola
dari Belanda keturunan Indonesia. Karena jasanya yang mengharumkan nama bangsa
Indonesia, dia dinaturalisasi oleh pemerintah agar jadi warganegara Indonesia.
Dan hal ini memberiku ide. Rencana akan mulai saat usiaku tujuhbelas tahun.
***
Akhirnya pagi ini aku genap berusia
tujuhbelas tahun. Ayah dan aku kembali berbicara serius tentang kewarganegaanku
yang ganda.
“Ayah, aku akan menuruti permintaan
ayah. Tapi aku juga minta sesuatu ke Ayah.”
“Baiklah. Asalkan kamu mau tetap
tinggal disini sayang.” Dia menjawab dengan senyumannya yang khas.
“Aku ingin ayah menambah paket
Indonesian wedding di wedding organizernya Ayah. Maksud aku wedding ala keraton
gitu.”
“Tapi, tapi…”
“Sudahlah. Aku siap promosi, dan aku
siap menghandle apabila ada client yang menginginkan paket itu.” Jawabku
meyakinkan Ayahku.
Singkat cerita akhirnya Ayah
menyetujui permintaanku. Dan aku sekarang berstatus sebagai warganegara
Amerika. Tinggal di New York bersama ayah, sibuk meneruskan sekolah sebagai
mahasiswi fashion design dan sibuk mempromosikan paket Indonesian wedding.
Kerja kerasku ternyata tidak
sia-sia. Aku mendapatkan nilai yang cukup bagus di kampus berkat desain
busanaku yang selalu menambahkan unsur batik. Dan itu sekarang menjadi ciri khas
untuk karya-karyaku. Begitu juga dengan pekerjaan sampinganku membuat paket
Indonesian wedding di Wedding organizer ayahku. Ternyata banyak yang tertarik.
Awalnya yang memesan paket ini adalah warga Indonesia yang menetap di Amerika.
Lama-kelamaan ada juga orang asli Amerika yang tertarik melaksanakan pernikahan
dengan konsep jawa ini.
Puncaknya terjadi saat Nichole Richie, salah satu artis terkenal yang
bukan warga indonesia memesan paket ini untuk pernikahannya. Berita ini pun
mencuat dan dengan waktu singkat banyak warga amerika yang penasaran akan
pernikahan ala keraton yang ada di Indonesia ini.
Beberapa minggu setelah sukses
mengorganisir pernikahan artis terkenal ini, email pribadiku penuh dengan
pujian-pujian dan pesanan akan paket ini. Ayah yang semula ragu dengan ideku,
sekarang malah mengatakan bahwa kerjaku bagus dan dapat membawa nama besar
wedding organizer miliknya. Diantara email-email yang masuk, ada salah satu
email yang membuat aku merinding. Yaitu email dari officialnya Harpo studio.
Isi dari email itu adalah aku diundang untuk menjadi tamu di acara Oprah
winfrey’s show. Talk show yang sangat terkenal di Amerika dan dunia.
Dengan senang hati aku memenuhi
undangan ini. Disana aku menjadi narasumber di episode yang berjudul Uniquely
Indonesian Wedding. Menjelaskan tentang pernikahan ala keraton yang mendadak
terkenal karena Nichole Richie. Di acara yang ditonton seluruh dunia ini aku
juga berkesempatan menunjukan hasil desain busana milikku. Aku masih belum
percaya bahwa aku mampu berada di studio ini. Karena studio ini biasanya hanya
mengundang orang-orang hebat. Berikut penggalan percakapanku dengan Oprah yang
sudah diterjemahkan.
“Saya sangat bersyukur bisa memperkenalkan
sedikit kebudayaan dari kampung halaman ibu saya di mata dunia. Dalam hal ini
adalah prosesi perkawinan.” Jelasku saat ditanya Oprah.
“Setelah pencapaian luar biasa anda,
apa keinginan anda yang belum terpenuhi?”
“Menjadi seorang desainer sekelas Gianni Versace. Dan menjadi warga negara Indonesia.”
Jawabku dengan yakin dan tersenyum.
“Wow, kamu
ingin jadi sebesar Versace. Luar biasa. Dan juga menjadi warga Indonesia,
semoga pemerintah Indonesia menonton kita malam ini.” Ucapan Oprah disambut
dengan tepuk tangan oleh semua penonton yang ada di studio.
***
Sehari setelah menghadiri talk show
Oprah, Ayah menyampaikan rasa bangganya kepadaku. Begitupun juga Ibu. Ibu
menyampaikan rasa bangganya lewat skype. Aku senang dapat membuat orang tuaku
bangga. Kring… kring... tiba-tiba Handphoneku berdering. Ada yang menelponku
rupanya. Langsung saja aku akhiri video call dengan ibuku dan kuangkat telepon.
“Selamat pagi, kami dari kedubes
Indonesia untuk Amerika. Benar ini nomer dari saudari Jackline winarsih?” tanya
seorang pria dibalik telepon itu.
“ya benar saya sendiri. Ada apa ya
pak?”
“Saya semalam melihat anda di Oprah,
anda bilang anda ingin menjadi warga negara Indonesia. Benar kan?”
“Ya, benar sekali pak.”
“Saya mewakili warga Indonesia yang
sudah pasti bangga akan kerja anda, ingin menyampaikan terimakasih atas usaha
anda yang sudah memperkenalkan Indonesian wedding di dunia internasional.”
“Sama-sama.”
“Atas keinginan anda tersebut, saya
dapat mengajukan kepada pemerintah Indonesia agar anda bisa dinaturalisasi.”
Aku sunggu tercengang dan tak percaya. Akhirnya rencanaku dari awal sedikit
lagi berhasil.
“serius? Terimakasih banyak pak.”
Ya, sebentar lagi rencana yang sudah
aku jalankan sejak dulu sedikit lagi berhasil. Aku memutuskan untuk menjadi
warga negara Amerika sesuai keinginan Ayah. Kemudian aku berusaha mengharumkan
nama Indonesia lewat perusahaan Ayahku agar aku dapat dinaturalisasi seperti
Irfan bachdim. Agar aku dapat mewujudkan keinginanku untuk menjadi bangsa
Indonesia. Dan menghabiskan sisa hidupku di kota kelahiran ibuku, Jogjakarta.
Tanpa harus mengecewakan salah satu dari orang tuaku.
***
Akhirnya aku resmi menjadi putri
bangsa Indonesia. Hadiah naturalisasi dari pemerintah merupakan hadiah terindah
yang pernah aku dapat. Akhirnya mimpiku selama ini dapat terwujud juga. Tinggal
di kota budaya yang jauh dari hiruk-pikuk seperti di kota New York.
Di kota budaya ini, aku juga
mewujudkan mimpiku yang lain. Menjadi seorang desainer Indonesia yang sekelas
dengan Versace. Aku memulai dengan membuka butik kecil bernama Jawi, singkatan
dari namaku, Jackline Winarsih. Masih setia dengan corak batik yang sudah
menjadi identitas dalam setiap karyaku.
Tuhan memang sangat sayang dengan
umatnya. Terlebih pada umatnya yang mau berdoa dan berusaha. Masih genap
berumur satu tahun, busana dari butikku sudah banyak yang dipakai oleh artis
Ibu kota. Namaku pun ikut terkenal sejalan dengan itu. Namun bukan jackline
yang terkenal. Tetapi jawi. Ya, aku menggunakan nama Jawi karena aku ingin
benar-benar menjadi Indonesia. Namun tak mau menghapus unsur barat warisan
ayahku. Maka dari itu, namaku aku singkat menjadi Jawi. Dan sekarang seorang
Jackline Winarsih telah bermetamorfosis menjadi seorang desainer yang dikenal
dengan nama Jawi.
Jawi, masih akan terus mengharumkan
nama Indonesia lewat Indonesian weddingnya yang semakin berkembang pesat. Dan
juga akan berusaha menyaingi Versace dalam bidang fashion. Setelah wedding
Indonesia yang mendunia, selanjutnya jawi akan memperkenalkan busana Indonesia
kepada dunia.
No comments:
Post a Comment