Saat Ian lari ngejar kereta.
Saya setuju kalau adegan ini janggal. di novelnya, adegan ini bahkan tidak ada. tapi saya yakin sutradara pasti ingin memberikan suasana seperti pada novelya. di novelnya, alur cerita dibuat seperti lorercoaster. ketegangan dan komedi yang naik turun. mungkin adegan ini dibuat untuk memenuhi suasana ketegangan yang naik turun. sama seperti alur cerita pada novelnya. lagian, Ian lulus kuliah 6 tahun. berarti IQnya bisa dibilang kurang. hehe.. jadi dia nurut aja waktu disuruh ngejar kereta. (cukup logis -_-)
Saat Tertimpa reruntuhan batu.
Ini adegan film yang tidak masuk akal. Melecehkan korps pencinta alam manapun. Padahal di scene film 5 cm sebelumnya, tertayang rombongan pendaki gunung lain yang juga tengah menuju puncak di depan rombongan Genta. Logikanya pula, di belakang rombongan Genta masih ada rombongan pendaki lainnya. Sekonyong-konyong, Genta dan kawan-kawan mendapat musibah terkena longsoran bebatuan. Sampai Ian pingsan, dan teman-temannya mengkhawatirkan keselamatan diri dia.
Tanggapan saya: pada novelnya memang diceritakan ada rombongan lain yang berhenti buat ikutan nolong Ian. tapi di filmnya enggak.menurut saya, cukup masuk akal. di filmnya, saat di Arcopodo rombongan Genta adalah rombongan terakhir yang berangkat naik puncak. buktinya ada adegan rombongan lain yang berpamitan ke Zafran buat berangkat naik duluan. Jadi gak heran saat Ian pingsan tertimpah batu, tidak ada rombongan lain lagi yang lewat. karena mereka rombongan terakhir yang naik. rombongan yang ada dibelakang mereka, mungkin aja ada. tapi jarak mereka kan terlalu jauh, jadi gak ada rombongan lain yang lewat sampai Ian tersadar.
orasi di puncak gunung Semeru atau Mahameru.
Tatkala rombongan Genta mencapai puncak pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus, mereka menancapkan bendera dan melakukan upacara. Tak tahu asal muasalnya, sungguh aneh tiba-tiba sudah banyak pendaki gunung lain yang berkerumum. Terasa ganjil juga, Genta, Arial, Zafran, Riani, Ian dan Dinda berdiri ekslusif seolah-olah jadi rombongan utama. Yang lain hanya ikut-ikutan. Mustinya semua rombongan yang ada bercampur baur. Untuk menunjukkan semangat kebersamaan, persaudaraan antar sesama dan perasaan senasib sepenanggungan....
Lebih ajaib lagi, di puncak gunung Genta dan kawan-kawan berorasi tentang keindahan panorama tanah air. Sembari mengulang kalimat-kalimat mantra yang sudah diucapkan sebelumnya: "Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak berbuat dari biasanya, mata yang akan menatap lebih banyak dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Serta mulut yang akan selalu berdoa...." :)
Tanggapan saya: katanya pendaki sangat terkenal akan rasa solidaritas dan kemanusiaan. jadi, rasanya sangatlah wajar rombongan Genta didaulat untuk jadi pengibar bendera oleh rombongan yang lain. pasalnya mereka adalah rombongan yang sangat tangguh karena sanggup berada di puncak walau dengan luka yang cukup parah. siapa sih yang gak ibah dan merinding lihat orang penuh borok mampu survive sampai puncak?
nah, karena rasa solidaritas itulah rombongan ini diberikan kehormatan buat mengibarkan bendera merah putih. karena merah putih akan melihatkan kegagahannya ketika dikibarkan orang-orang yang pantang menyerah. meskipun mereka sedang sakit terluka.
Sudah ada banyak pendaki saat tiba di puncak, sangat normal sih. masa iya semua rombongan berangkat naik ke puncak pada saat yang sama biar mereka ada di puncak bebarengan? bisa aja mereka berangkat naik puncaknya beberapa jam sebelum rombongan Genta berangkat naik, jadinya sudah banyak orang di puncak sebelum rombongan Genta sampai.
soal mereka berorasi, sah-sah aja sih. film ini kan film adaptasi dari sebuah novel, nah di novelnya emang begitu adanya. mereka berorasi saat di puncak.
Ian Batal ke Inggris
Oya, ada sebuah scene yang saya sendiri kurang setuju. Hanya lantaran pengalaman dramatis ke puncak Semeru, Ian yang diperankan Igor Saykoji membatalkan niatnya studi lebih lanjut ke manca negara. Studi master ke kota Manchester Inggris. Alasannya karena ia mencintai Indonesia.
Mencintai dan berbakti buat negeri letaknya pada komitmen di hati. Bukan karena soal studi di dalam negeri atau luar negeri. Banyak pendiri republik ini, seperti Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, Tjipto Mangoenkoesoemo, Soetomo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) bersekolah di luar negeri. Namun, apakah mereka kurang patriotis dan nasionalis? Mereka tetap patriotis dan nasionalis sejati. Ketika mereka kembali ke Indonesia, jiwa dan raga mereka ditasbihkan hanya untuk kemajuan dan kejayaan tanah air tercinta Indonesia.
tanggapan saya: Ian sebenernya gak ada niat sama sekali buat ngelanjutin study ke Inggris. belajar ke Inggris adalah kemauan Orang tuanya. Ian menyetujui rencana ini semata-mata hanya pengen ngunjungin stadion Old traford, stadion kebanggaan tim sepak bola idolanya. dia manfaatin rencana Ortunya ini buat ngewujudin keinginan dia itu. jadi gak heranlah Ian batalin studynya ke Inggris. daripada dia buang-buang waktu, padahal dia kan gak ada niat buat itu. lebih baik juga habisin waktu di negaranya yang ia cintai sendiri daripada di negara lain. kalau kita memahami alur ceritanya, gitu loh sebenarnya alasan Ian yang tersirat itu.
Menanggapi artikel lain. di artikel ini http://www.wiranurmansyah.com/5-kejanggalan-dalam-pendakian-film-5cm , alasan kejanggalan lebih tepat. saya cuma bisa menyangkalnya beberapa saja. ini yang dapat saya sangkal.
Memakai Jeans.
Sangat masuk akal menurut saya. perjalanan ke Mahameru kan perjalanan surprise, yang tau tujuannya cuma genta. jadi sebagai anak muda yang normal, mereka akan memakai celana jeans yang fashionable karena gak tau kalo mereka ternyata mau naik gunung. tapi Genta sendiri yang tau tujuannya, kenapa juga ikutan pake jeans? mungkin biar kompak. hehe..
Tidak membawa Persediaan Air yang Cukup.
Sekali lagi ini kan film adaptasi dari novel, di novelnya ceritanya juga gitu. lagian, banyak sesuatu yang gak direncanakan bisa terjadi kan? tuh air habis dibikin cuci luka lecet pada kaki Zafran kali. (ngeles.)
Nah itu pendapat saya. saya cuma mau menyalurkan pendapat saya doang, gak maksud menggurui atau merasa paling benar. semua orang punya hak buat bicara dan berpendapat. :) Oh iya, buat yang komen gak jadi lihat tadi, Lihatlah film ini. terlepas dari pro kontra yang ada, film ini rekomen banget deh. bukankah di dunia ini gak ada yang sempurna? begitupun film ini. :)
Sah - sah saja sih orang berpendapat banyaknya kekurangan di sebuah film, tapi seharusnya sebuah film itu (apalagi yg berbau adventure) bisa memberikan gambaran sebuah ilmu kepada orang yg menontonnya, terlebih orang tersebut awam terhadap hal2 seperti itu, jadi selain alur cerita yang menarik , informasi pendukung juga harus memuat detail2 yang tidak menyesatkan penonton , bahkan harus menambah pengetahuan penonton tersebut . Karena kalo persepsi yang disampaikan salah maka bisa mengakibatkan kesalahan serius atau bisa menjurus fatal , sebagai contoh : dalam film tersebut diceritakan bahwa ke 6 orang tersebut mendaki dimulai dari Ranupani ( 2.200 mdpl ) hingga sampai di Arcapada ( 3.002 mdpl) dalam waktu satu hari, bagi penonton yg awam tentu tidak tau bahayanya bagi tubuh jika tidak melakukan penyesuaian suhu di setiap ketinggian, akibatnya mungkin bagi penonton yang "teracuni" dengan keindahan Semeru, akan nekat melakukan perjalanan ke sana dengan peralatan, logistik, kebutuhan, maupun pengetahuan ala kadarnya saja . Dibanding dengan film2 Hollywood yang walaupun bercerita tentang drama tapi mempunyai setting lokasi di alam , cukup terlihat detail yg bagus dari mulai peralatan, bahaya yang dihadapi, cara penanggulangannya, atau sejarah lokasi....Semoga kedepannya hal ini bisa menjadi perhatian dari team produksi sebuah film.
ReplyDeleteAmin amin.. Semoga saja. ada film yang indonesia yang settingya gunung, yg kali ini lebih ekstrim, settingnya di Nepal. "Sagarmatha"
ReplyDeleteSemoga yang satu ini lebih baik lagi